
Halo semuanya! Gimana kabar awal 2019nya? Kalau buatku awal tahun ini terasa cepet banget berlalu dan semester pertama tahun ini segera berakhir. Biasanya masuk semester 2 baru kerasa cepet. Semoga tahun ini semakin membawa keasikan dalam hidup kita semua ya.
Untuk menambah keasikan di tahun ini, aku ingin berbagi artikel baru yang akan menjadi konten rutin di blog ini, namanya “Rekomendasi Bramandewi”. Dalam artikel ini, aku akan berbagi hal-hal yang layak untuk diteruskan. Yang dibagikan bisa dari berbagai sumber, baik offline maupun online. Sebagai pembuka, ini dia Rekomendasi Bramandewi di tengah bulan April ini:
Sejak awal tahun 2019 ini, Indonesia kebanjiran film karya anak bangsa yang ciamik banget. Udah ga ada di bioskop, tapi film ini wajib banget untuk ditonton kapanpun kalian menemukannya. Tonton di tempat yang legal ya teman-teman, film ini dan semua yang menghasilkan film ini patut untuk mendapat apreasiasi yang layak atas karyanya.
1.Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga (Film)
Film pertama adalah Milly dan Mamet. Sebuah film yang ditunggu-tunggu eksekusinya akan seperti apa karena film saudaranya Ada Apa dengan Cinta sudah meraih kesuksesan sebelumnya. Genrenya komedi romantis sesuai banget dengan karakternya “Milly Mamet”. Film yang menghibur karena lucunya pintar, tapi juga dalem banget pesan-pesan yang disampaikan. Film Milly & Mamet ini cocok banget untuk jadi pengingat tentang romantic relationship dan betapa pentingnya kekuatan hubungan dengan pasangan sebagai landasan. Serius banget ya? Haha. Tapi memang semakin mendalam sebuah hubungan, tantangannya pasti akan semakin banyak. Jadi memang benar kalau ada yang bilang sebelum ada anak atau hal-hal lain, hubungan dengan pasangan adalah yang utama. Dan merawat hubungan itu ketika sudah ada tambahan-tambahan lain pun tetap perlu dilakukan.
Sebagai film yang saudaranya sudah booming sekali, Milly & Mamet layak diacungi jempol. Walaupun dalam hal bercandaannya ada beberapa momen yang bikin aku merasa “ya nggak semua mua harus dibercandain juga kali”. Tapi overall bagus!
2. Keluarga Cemara (Film)
Kalau Keluarga Cemara, anak 90-an pasti familiar banget karena kita bertumbuh dengan seri ceritanya si Abah dan Euis sekeluarga. Dan Keluarga Cemara versi 2018 pun layak masuk must watch film! Dilema sebagai keluarga masa kininya sangat real. Salut untuk interpretasinya yang mulus dan tidak melebih-lebihkan, jadi ngena banget.
Sebelum nonton, sempet lihat di media sosial orang-orang pada bilang kalau filmnya mengharukan banget. Begitu nonton, duuuh berderai-derai ini air mata berkali-kali. Nilai-nilai keluarga yang ditampilkan relate banget, jadi nancep! Bagaimana Abah sebagai kepala keluarga merasa bertanggung jawab dan bagaimana anggota keluarga lain juga ikut menanggung bersama tanpa beban karena sense of belonging mereka terhadap keluarga mereka. Memang ya ketika mengalami masa sulit pasti ada pihak yang merasa lebih bertanggung jawab. Padahal yang penting ketika menjalani masa sulit adalah menjalaninya bersama dan terus melangkah maju. Scene favorit itu ketika si Abah bilang kalau Abah bertanggung jawab terus Euis menjawab Abah,” Terus Abah tanggung jawab siapa?” kemudian mereka berpelukan. Keluarga Cemara ini berhak mendapatkan 4 jempol sih. Sungguh sebuah film yang penuh makna dan pasti akan long lasting.
3. The Life-Changing Magic of Tidying Up – Marie Kondo (Buku)
Pertama kali kenal sosok Marie Kondo dan soal cara declutteringnya itu dari istrinya kakak sepupu. Dari situ jadi suka browsing tentang Marie Kondo dan bukunya jadi wishlist sejak saat itu. Tapi belum kesampaian baca tentunya haha, bahkan sampai seriesnya keluar di Netflix.
Kemudian berjumpalah aku dengan si buku yang menganggur di rak buku temanku. Haha. Tetap beda baca bukunya dengan nonton acaranya. Untuk bisa meresapi nilai-nilainya tetap harus dari bukunya. Dan entah mengapa waktunya tepat aja, baca bukunya di awal tahun yang akhirnya di bulan ke empat di tahun ini harus memulai petualangan baru di kota lain. Pindah artinyaaa declutter timeee!

Karena kegiatan beres-beres itu bukan sekedar bebersih, tapi merapikan diri juga. Aku sendiri merasakan, kalau pikiran lagi berantakan, pasti kamar berantakan. Jadi declutter ini artinya jauh lebih dalam. Kita seringkali berusaha menghindari permasalahan dan menggantikannya dengan kehadiran barang-barang. Contohnya misalnya kita merasa sepi, lalu kita berbelanja dengan harapan itu akan mengisi kekosongan hati yang hilang. Barang-barang menumpuk, tapi sepi masih di hati.
Hal lain yang kusuka tentang KonMari Method ini adalah tentang memilih barang-barang mana yang sparks joy. Jadi intinya bukan mempunyai barang seminim mungkin, tapi bagaimana mengeliminasi barang-barang yang tidak membuatmu bahagia. Metode KonMari ini sebuah terapi juga menurutku. Dalam hidup, kita juga perlu mengeliminasi hal-hal yang tidak sparks joy kan ya dan memilah barang-barang bisa menjadi latihan yang mudah.
Apakah setelah declutter sudah selesai tugasnya? Ya engga juga. Ada proses lanjutannya yaitu menjaga kerapian dengan selalu mengembalikan barang ke tempat semula. Ah itu mah gampang kalo udah rapi. Weiits, cobain dulu. Haha. Tidak menunda untuk merapikan itu perlu dilatih juga sampai menjadi kebiasaan. Kalau aku menganggapnya, dalam kehidupan sehari-hari kita juga tidak boleh menunda untuk melakukan sesuatu supaya tidak menumpuk. Jadi urusan beberes ini ternyata jauh lebih dalam soal keadaan psikologis kita ya.
Okay, untuk rekomendasi pertama kayaknya sudah cukup panjang. Niatnya mau buat 5 rekomendasi setiap post tapi kalau yang bahas aku kok kayaknya bakal kepanjangan karena 1 rekomendasinya aja panjang ceritanya. Haha. Rencananya rubrik ini akan dibuat rutin. Semoga berhasil ya menjaga kedisiplinan diri :p
Banyak banget konten positif yang layak dibagikan dan diketahui orang lebih banyak lagi. Di dunia digital seperti sekarang kita berlomba-lomba dengan konten-konten ga bermutu juga. Jadi harapannya dengan rekomendasi ini, semakin banyak konten baik yang disebarkan.